Cerita Mistis Alas Roban
By gempur lagi - Minggu, 07 Oktober 2012
Gelut.com - Gelut kali ini akan mengajak anda semua melihat lebih jauh tentang Alas Roban yang terkenal keangkerannya dan terkenal juga sebagai tempat pembuangan mayat.
Cerita misteri soal Alas Roban sudah terdengar sejak dulu. Alas Roban terletak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Daerah ini sejak dulu terkenal angker. Setiap pengendara yang ingin melintas jalan raya Alas Roban selalu merinding. Tidak hanya jalannya yang berkelok, tapi cerita-cerita mistis sudah kuat membekas.
Kawasan hutan jati di Plelen, Gringsing itu pernah dikenal sebagai tempat pembuangan mayat pada tahun 1980-an. Mayat-mayat itu adalah korban dari penembak misterius (Petrus). Semua korbannya dibuang ke Alas Roban.
Tidak hanya itu, daerah tersebut sudah sering terjadi puluhan kecelakaan lalu lintas. Sudah banyak yang meninggal di sana akibat kecelakaan. Lalu, muncul cerita-cerita mistis beredar di masyarakat. Ada yang pernah melihat kuntilanak, pocong sampai genderuwo.
Dulu, jika malam hari, sepanjang jalur Alas Roban memang gelap. Masih dikelilingi pohon-pohon jati. Jalannya pun tidak lurus, ada yang berkelok dan menanjak curam. Wajar, jika setiap pengendara melintasi jalan tersebut selalu was-was. Jika menengok ke belakang, jalan raya Alas Roban hanya ada satu, yaitu jalan raya Poncowati. Jalan itu dibuat pada era pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, Gubernur Jendral Hindia Belanda ke-36. Dia memerintah antara tahun 1808 hingga 1811.
Sekarang, cerita itu sudah berubah. Sekarang sudah dibangun jalan baru. Ada jalur alternatif jika pengendara ingin menuju Semarang atau sebaliknya menuju Jakarta. Ada dua jalan tembus yang dibangun tahun 1990-an dan 2000-an. Tidak hanya cerita angker saja, jalan raya Alas Roban pernah dikenal rawan tindak kejahatan. Jalur yang berliku dan panjang membuat pengendara takut melewati jalan tersebut sendiri jika malam hari.
Berikut tokomalam sajikan cerita pengalaman pribadi yang tokomalam ambil dari blog yudibatang
"Jalan dialas roban ada tiga. yang pertama, jalan yang dilalui mobil pribadi, sepeda motor dan bus dari arah timur kondisinya biasa dan banyak pedagang dipinggir jalan. jalan yang kedua atau jalan alas roban lama/plelen yang sekarang hanya dilalui oleh truk dan bus saja. yang ketiga jalan beton yang dilalui oleh truk dan bus dari arah barat.
Entah kenapa waktu itu saya memilih jalan tengah, perasaan hanya ingin merasakan sensasi yang baru saja.. bosen melewati jalan yang itu-itu saja (jalan pertama). Memasuki jalan tengah alas roban,terasa udara segar..jalan masih biasa saja, malah terlihat beberapa truk parkir dipinggir jalan, sekitar satu kilo meter Sebelum memasuki tikungan terlihat pohon yang sangat besar diantara pohon-pohon Jati… sepertinya pohon beringin… dalam hati berkata “apakah ini yang dinamakan tanjakan Poncowati? Yang kata orang-orang terkenal sangat angker? dan hampir setiap bulan pasti ada kecelakaan”.. wah..bodo amat lah udah terlanjur…masuk ketikungan pertama kekiri dan menanjak.. hawanya semakin dingin..cesss.. seperti kalau kita nongkrong didepan lemari es yang dibuka…lanjut tikungan kekanan.. terlihat samar-samar perempuan berbaju kebaya putih dan bawahnya menggunakan kain batik jalan sendirian…oh..iya kain batiknya hanya sebatas betis.
Maksud hati mau menyamperi perempuan tersebut untuk menawarkan tumpangan namun sekitar dua puluh meter hampir mendekati perempuan itu, tiba-tiba perepuan itu membalikan badan sebentar lalu belok kekiri (seperti mau masuk kedalam gang).. saya penasaran mendekati tempat dimana perempuan itu berbelok. Saya berhenti dan motor saya parkir dipinggir jalan.. saya turun dari motor mencari-cari sekedar ingin tahu dimana perempuan tadi dan dimana gangnya??.. setelah diraba-raba pake tangan.. ternyata itu batu yang besar.
Tak sadar dan nggak konsentrasi pada jalan didepan, padahal didepan ada tikungan tajam yang buta. Tiba-tiba muncul truk gandeng keluar dari tikungan. Langsung reflek rem mendadak, hampir saja saya ketabrak truk, jantung saya berdetak keras, dan badan terasa lemas sekali. Tengok kebelakang lagi, perempuan yang tadi sudah nggak ada. Saya coba nyalakan mesin namun tiba-tiba mesin motor nggak mau hidup, distarter nggak bisa, diengkol nggak bisa. Saya tuntun motor menyeberang jalan, bermaksud mencari tempat yang bisa terlihat diantara tikungan, agar bila ada kendaraan yang lewat saya bisa meminta bantuan, saya standar motor dan check mesin motor sambil terus tengak-tengok kuatir kalau-kalau punggungnya ada yang nyolek.
Keringat dingin semakin bercucuran, mencoba tetap tenang sambil mengeluarkan bungkusan rokok dari saku celana dan ambil sebatang rokok. Baru mau meyalakan rokok dan belum hilang perasaan yang nggak karuan, terdengar langkah–langkah kaki yang tak beraturan seperti menginjak daun-daun kering. Saya sembunyi dibalik motor dan badan semakin merinding, sambil melongok di atas jok motor, mata memandang sekeliling mencari tahu mahluk apa yang akan muncul, suasana tegang, penasaran, takut mengumpul jadi satu.
Ternyata yang datang adalah segerombolan monyet yang muncul dari bawah lembah. Terlihat satu monyet paling besar didepan (sepertinya pemimpinnya) saya terpana dan terbengong-bengong, kok masih ada monyet dialas roban. Muncul rasa ketakutan yang luar biasa. Sipemimpin monyet berdiri dipinggir jalan membelakangi saya dan monyet yang lainnya (jenis monyetnya seperti yang ditopeng monyet dan banyak banget sekitar ratusan mungkin) mereka melompat-lompat menyebrang jalan kearah batu besar itu… suaranya mulai bersautan, setelah gerombolan monyet habis masuk kearah batu besar, sepertinya sipemimpim monyet mau menengok kearah saya, saya sembunyi dan menutup mata dengan tangan, jongkok dibalik jok motor. Mulut terus membaca-baca do’a sebisanya, setelah beberapa menit saya beranikan melongok dibalik jok motor sambil melihat kearah monyet-monyet tadi. Alhamdulillah sudah nggak ada, terlihat cahaya lampu sepeda motor menuju kearah saya, senang rasanya ada orang yang melintas.
Saya langsung berdiri dan melambaikan tangan kearah pengendara motor tersebut berharap sipengendara mendekat dan menolong saya. ternyata benar sipengendara motor menyeberang jalan menuju arah saya, namun dia berhenti lima meter didepan saya sambil mematikan mesin, saya hanya bisa melihat cahaya lampunya dan tidak bisa melihat wajah sipengendara motor. sambil menutupi mata dengan tanagn karena silau terkena sorot lampu, saya bermaksud meminta pertolongan, namun sipengendara motor mulai bicara duluan dengan bahasa khas Batang. “Neng opo mas motore? mogok pok? “ translete :“Kenapa motornya mas? mogok ya?”
Ada sesuatu yang aneh ketika sipengendara motor berbicara, suaranya berat dan serak, saya seperti terpaku tidak bisa bergerak dan berbicara, sipengendara motor berbicara kembali “nyobao diengkol meneh motore..” translate: “Coba diengkol lagi kick starternya..” , seperti kerbau yang dicokok hidungnya, saya menurut menuju motor dan langsung mengengkol kick starter
Aneh..tadi motor mogok, sekarang kok bisa nyala sendiri, saya menengok kebelakang bermaksud mau mengucapkan trimakasih kepengendara motor, namun sipengendara motor sudah berbalik arah.
Terlintas tulisan merk sepeda motor ditangkinya, kalau nggak salah tulisannya enduro. Sipengendara motor menuju arah yang berlaanan dengan saya dan menghilang dikegelapan malam. Saya langsung jalan meninggalkan tikungan tersebut walau masih terbesit berbagai pertanyaan tentang darimana datangnya gerombolan monyet dan siapa sipengendara motor misterius itu.
Pelan-pelan saya menyusuri jalan alas roban lama yang berkelok-kelok dan naik turun di kegelapan malam, anehnya dari tadi belum ketemu kendaraan lain selain pengendara motor misterius, sekitar satu kilo meter perjalanan, terdengar suara motor 2 tak dibelakang saya dan lambat laun semakin mendekat..”sepertinya sipengendara motor misterius yang tadi”, ternyata benar dia mendahului saya dengan kecepatan sedang..sekitar 50kpj dan sekitar sepuluh meter didepan saya dia melambat, baru terlihat siapa pengendara motor misterius itu melalui sorot lampu motor saya, sipengendara motor memakai sepatu boot jaman dulu, celana dan baju jaman belanda berwarna krem, menggunakan ikat pinggang hitam.
Sipengendara motor misterius ternyata tidak ada kepalanya dan motornya bisa terus melaju lurus padahal jalanya belok kekanan, saking kaget dan takutnya, reflek saya tancap gas sambil tengak-tengok kebelakang kawatir sipengendara misterius mengejar saya, saya dan motor terperosok kesemak-semak, rasa ketakutan menghinggapi seluruh tubuh, badan lemas, gemeteran, keringat mulai bercucuran, jantung berdetak kencang dan napas megap-megap, saya berusaha bangun dan samar-samar terdengar adzan Isya dan terlihat sorot lampu truk-truk melintas saya geser-geser motor menuju jalan aspal..lalu lintas mulai ramai..coba starter motor, Alhamdulillah motor masih nyala. saya segera meninggalkan semak-semak itu dan berkendara mengikuti truk yang melintas menuju arah barat. Sampai juga dijalan pantura utama berhenti sejenak disebuah warung kelontong dan minum teh botol sambil menata napas yang masih megap-megap.
Terdengar suara menghampiri saya ” mas..mas..sampean mau sing ngadek nang pinggir dalan cedak watu gedhe kae yo? sampean tak celuk ora nglinguk-nglinguk..arep tak ingetke watu iku angker bin gawat, ben wulan mesti ono kecelakaan nang kono”Translate: “mas..mas..anda yang tadi berdiri dipinggir jalan dekat batu besar itu ya? anda saya panggil-panggil nggak negok-negok..mau saya ingatkan batu itu angker dan gawat , setiap bulan pasti ada saja kecelakaan disitu” Ternyata orang itu adalah supir mobil box yang melintas dijalan alas roban lama deket batu besar dan kebetulan dia juga lagi istirahat diwarung remang-remang dekat tempat saya lagi duduk minum teh botol. Dalam hati berkata “hah..jadi semakin bingung..perasaan tadi jalanan sepi tidak ada mobil ataupun truk yang melintas saat saya didekat batu besar” setelah kondisi badan dirasa sudah fit, saya malanjutkan perjalanan kebatang."
Sumber : Merdeka, Yudibatang blog
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Cerita Mistis Alas Roban"